Jika berbicara mengenai bahasa internasional, sudah kita
ketahui semua bahwa yang menyandang gelar tersebut adalah bahasa Inggris.
Bahasa yang memang memiliki pengguna terbanyak dan demografi terluas di dunia. Bahasa
Inggris sudah digunakan dalam berbagai aktivitas internasional yang digunakan
untuk berkomunikasi oleh setiap orang dari penjuru dunia ketika saling bertemu.
Karena perannya yang sudah begitu penting, maka sudah
menjadi sebuah kebutuhan bagi semua orang untuk bisa menguasainya, apalagi di
era globalisasi yang seakan tak terkendali. Oleh karena itu, bahasa Inggris
memang menjadi mata pelajaran yang wajib diajarkan di berbagai sekolah di
hampir semua kurikulum yang berlaku di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Terlepas dari begitu krusialnya penggunaan bahasa Inggris,
tentu yang paling utama adalah kita tidak melupakan dan mengesampingkan bahasa
persatuan kita sendiri, yakni bahasa Indonesia. Meskipun reputasi bahasa
Indonesia di mata masyarakan dunia masih bisa dibilang kalah jauh dari bahasa
Inggris, tentu sudah seharusnya kita memiliki rasa cinta dan penerapan yang
lebih tinggi terhadap bahasa bangsa sendiri.
Meski demikian, terkadang terlintas dalam renungan, apakah
bahasa internasional akan terus-terusan dipegang oleh bahasa Inggris ? Kapan
ada yang bisa mengalahkannya ? Misalnya, dengan bahasa Indonesia ? Berbicara
mengenai hal tersebut, kemudian timbul pertanyaan lain, layakkah bahasa
Indonesia menjadi bahasa internasional ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari simak uraian
berikut ini.
Pada dasarnya, yang pertama da utama harus kita miliki
adalah rasa optimistis bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk menjadikan
bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Tak hanya rasa optimistis
sebetulnya, karena memang bahasa Indonesia benar-benar layak menjadi bahasa
internasional.
Sebelum membahas pada ruang lingkup internasional, tidak ada
salahnya jika mula-mula kita berbicara pada ruang lingkup yang lebih kecil,
yaitu di wilayah regional Asia Tenggara. Seperti pandangan dari pakar bahasa
dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Dr. Suhartono S.Pd M.Pd yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi bahasa resmi
ASEAN. “Ada dua bahasa yang berpotensi menjadi Bahasa ASEAN, yakni Bahasa
Indonesia dan Bahasa Melayu,” kata dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia UNESA itu seperti dikutip dari ANTARA.
Berbicara mengenai pesaingnya di ASEAN, Bahasa Melayu, tidak
bisa dipungkiri bahwa pendistribusian Bahasa Melayu lebih merata ke negara-negara
ASEAN seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand Selatan dan Filipina
Selatan. Namun demikian, penggunaan Bahasa Indonesia sudah mencapai angka 60
persen di tingkat ASEAN. “Apalagi, meski tidak merata seperti Melayu, tapi kosa
kata Indonesia ada pada sejumlah negara ASEAN, seperti candra di Kamboja dan di
Indonesia sama-sama berarti rembulan, atau bum atau land di Thailand yang di
Indonesia mirip kata bumi atau tanah,” katanya.
Terlepas dari perbandingan keduanya, tidak bisa dipungkiri
bahwa keduanya merupakan bahasa serumpun yang memiliki kesamaan yang banyak,
baik Bahasa Melayu maupun Indonesia sudah menguasai sekitar 60 sampai 70 persen
di wilayah ASEAN. Ini pun menjadi tanda bahwa, bukan hanya siap menjadi bahasa
ASEAN, tetapi juga sudah layak dan siap untuk suatu saat menjadi bahasa
internasional.
Kemudian, statistik membanggakan lainnya adalah bahwa Bahasa
Indonesia sudah digunakan kurang lebih 5 persen penduduk wilayah Moro,
Filipina. Pada daerah tertentu di Kamboja juga menerapkan hal yang sama.
Hal yang cukup membanggakan adalah tanggapan dunia
internasional terhadap bahasa Indonesia. Selandia baru bahkan menyampaikan
betapa pentingnya penguasaan bahasa Indonesia, mereka mengganggap bahwa
Indonesia akan menjadi negara besar pada 2030, sehingga akan menjadi begitu
penting jika menguasai bahasa Indonesia. Seperti dilansir dari Tribunnews
berdasarkan pernyataan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian
Pertahanan (Kabadiklat Kemhan) Mayjen TNI Hartind Asrin dalam jumpa pers di
Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis
(5/1/2016).
Lanjutnya, Korea Selatan bahkan menganggap bahasa Indonesia
sebagai bahasa yang mudah dipahami setelah bahasa Inggris. Hankuk University of
Foreign Studies (HUFS) sebagai salah satu kampus terbaik disana membuka Jurusan
Bahasa Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, mereka membuka dua jurusan
sekaligus, Department of Malay-Indonesia
di College of Oriental Language dan Department
of Malay-Indonesian Interpretation College of Interpretation and Tranlation. Dosen
disana pun ada yang merupakan sastrawan asli Jawa Timur bernama Tengsoe
Tjahjono. Oleh sebab itu, banyak masyarakat disana yang mulai mempelajari
bahasa Indonesia.
Tindak lanjutnya adalah pendirian pusat bahasa Indonesia di
Selandia Baru dan peresmian universitas bahasa asing yang disana terdapat pusat
bahasa Indonesia. Tak hanya itu, di Jepang, tepatnya di Tokyo University of
Foreign Studies (TUFS). Selanjutnya, pada bulan Desember 2007, Pemerintah
Daerah Kota Ho Chi Minh, Vietnam, secara resmi mengumumkan bahasa Indonesia
menjadi bahasa kedua kota Ho Chi Minh. Bahkan, Konsul Jenderal RI di sana untuk
periode 2007-2008, Irdamis Ahmad di Jakarta menyampaikan bahwa disana Bahasa
Indonesia sejajar dengan bahasa Inggris, Prancis dan Jepang sebagai bahasa
kedua yang diprioritaskan.
Belum selesai, sebuah Program Studi Bachelor of Arts di
University of Southern Queensland di Australia membuka mata kuliah Bahasa
Indonesia. Semua tentang Bahasa Indonesia dipelajari didalamya. Ada tercatat
lebih dari 500 sekolah dasar di Australia mewajibkan mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Kita akan terkejut ketika kebanyakan anak kelas 6 SD disana telah
lancar berbahasa Indonesia.
Di Ukraina, sejak tahun 2012/2013, Taras Shevcenko National
University of Kyiv pada bagian Institut Fisiologinya membuka Program Studi
Bahasa Indonesia. Beberapa universitas di Hawaii mengajarkan Bahasa Indonesia
dalam kurikulumnya. Di Suriname, yang 14 persen dari total populasinya adalah berasal
dari etnis Jawa juga menggunakan Bahasa Indonesia. Sebetulnya, ada banyak lagi
pengguna bahasa Indonesia dari berbagai negara asing. Ini pun menjadi salah
satu indikasi bahwa Bahasa Indonesia memiliki kelayakkan untuk menjadi bahasa
internasional.
Di dunia maya, situs Wikipedia Indonesia kini berada
diperingkat 25 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia. Membanggakan bukan
? Terasa kurang jika kita tidak membicarakan karakteristik bahasa Indonesia
yang membuatnya menjadi layak menjadi bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
terbukti merupakan bahasa yang begitu mudah dipahami. Tidak adanya pembedaan
kata kerja terkait waktu atau tenses.
Penulisan yang sama dengan penyebutannya. Itu merupakan segelintir alasan
kenapa bahasa Indonesia akan cocok dipelajari orang asing.
Alasan-alasan di atas juga merupakan hanyak segelintir
alasan yang membuat Bahasa Indonesia layak untuk menjadi bahasa internasional.
Mulailah dari diri kita sendiri sebagai insan asli tanah air dengan bangga dan
tidak malu menggunakan bahasa persatuan sendiri, bahkan mengkampanyekan
penggunaannya. Banyak cara yang bisa kita lakukan, intinya bahasa Indonesia
layak untuk menjadi bahasa Indoneisa. Tinggal bagaimana niat dan kemauan kita
sendiri untuk mewujudkannya tidak lama lagi.
Terima kasih. Semoga bermanfaat.
Wah, keren ini pembahasannya.
ReplyDeleteKalo bicara tentang penggunaan bahasa Inggris, ga perlu diragukan lagi, generasi milenial sekarang udah pada paham. Sayangnya, kalo mereka mengesampingkan penggunaan bahasa Indonesia. Saya sendiri kadang masih suka campur aduk sih penggunaannya, hehe, soalnya ada beberapa istilah yang lebih sreg pake bahasa Inggris :p
Statistik tentang penggunaan bahasa Indonesia di berbagai negara di atas bikin kaget juga, ternyata beberapa negara pada serius mempelajari bahasa Indonesia ya. Itu Vietnam wow juga, bahasa kita jadi nomer dua di kota Ho Chi Minh. Kalo untuk level ASEAN, saya yakin bahasa Indonesia bisa bersaing dan kuat.
Untuk level lebih luas, mungkin butuh usaha ekstra bisa ampe sejajar kayak bahasa Inggris, tapi setidaknya hal itu mungkin terjadi :)