Thursday, November 9, 2017

Masalah Penyebaran Konten Terlarang Di Internet, Siapa Yang Salah ?

Berbicara mengenai internet, ada banyak hal yang bisa kita bahas. Dari mulai sejarah sampai ke bagian yang lebih teknis. Tentunya, itu akan membutuhkan waktu yang lama dan tulisan yang begitu panjang. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas internet dari sudut pandang yang lain.

Jika saya mengatakan bahwa internet memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, tentunya hal itu tidak bisa kita pungkiri. Namun, di sisi lain, jika saya mengatakan bahwa internet memiliki dampak negatif, tentunya kita akan melihat pada kenyataan yang ada. Kenyataan dimana memang ada hal-hal negatif yang bisa kita temukan dalam internet. Bahkan, ada juga mereka yang menggunakan internet itu sendiri sebagai media atau alat untuk melakukan tindak kejahatan. Karena ini juga, kemudian kita tidak salah jika membenarkan bahwa internet memiliki sesuatu yang bisa dibilang negatif.


Mengenai dampak positif dari internet, saya rasa itu yang memang kita inginkan. Tidak banyak yang mesti kita bicarakan. Akan tetapi, lain halnya mengenai masalah hal-hal negatif yang muncul seiring adanya teknologi internet. Kita semua tentu tidak menginginkan hal tersebut ada. Maka dari itu, pembicaraan mengenai hal-hal negatif yang ditimbulkan seiring adanya internet menjadi sebuah pembicaraan yang menarik, yang terus "hidup" dari waktu ke waktu. Apalagi, dengan semakin bertambahnya usia zaman, semakin tinggi pula implementasi dan penggunaan teknologi, termasuk internet.

Selama ini, sering kita temui upaya-upaya preventif atau juga represif, yang khususnya dilakukan otoritas pemerintahan untuk mencegah pengaruh-pengaruh yang bisa ditemui dalam teknologi ini. Katakanlah, kita lebih menyoroti tentang konten-konten negatif yang bertebaran di media sosial. Upaya yang dimaksud seperti pemblokiran situs website, pemblokiran aplikasi hingga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan teknologi terkait untuk meminimalisir penyebaran konten-konten negatif di media sosial atau juga situs website.

Kita, saya khususnya, tentu mesti mengakui tujuan baik dari upaya tersebut. Akan tetapi, terlepas dari itu semua, saya sendiri memiliki pandangan pribadi mengenai hal tersebut. Pada dasarnya, saya memiliki rasa heran terhadap upaya-upaya pemblokiran yang dilakukan pemerintah, yang semakin ke sini semakin gencar dilakukan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tidak membantah terhadap tujuan baiknya, tapi jika memang orientasinya kepada masa depan, kepada antisipasi dampak buruk yang ditimbulkan, maka pemblokiran jangan dilakukan.

Pemblokiran terhadap berbagai "fasilitas" yang sejatinya memudahkan ini, seperti memberi kesan bahwa yang salah adalah teknologinya. Inilah yang tidak saya setujui. Ini seperti berdusta terhadap kemudahan dan hal-hal positif yang ditimbulkan teknologi ini. Baik, agar tidak terjadi salah paham, kembali saya tegaskan bahwa saya tidak menampik tujuan baik dari tindakan tersebut. Akan tetapi, saya merasa ada kesia-sian juga disini.

Semenjak hebohnya kasus-kasus mengenai penyebaran berita hoax beserta konten negatif lainnya yang bertebaran di dunia maya, kemudian diiringi beragam upaya pemerintah untuk memberantas atau meminimalisir hal tersebut, rasanya ada hal yang menggelitik dalam benak dan pikiran saya. Saya pikir, apa yang dilakukan pemerintah selama ini sangat dekat dengan yang namanya "kesia-siaan".

Saya ingin menegaskan bahwa fakta yang ada pun menunjukkan bahwa tidak ada sistem yang sempurna untuk mengendalikan manusia untuk tidak membuat dan menyebarluaskan konten negatif di dunia internet yang luas, dinamis dan misterius ini.  Tidak ada yang bisa membantah hal itu. Karena pada prinsipnya, cara untuk mengalahkan teknologi adalah dengan teknologi lagi. Dan itu tidak bertujung. Disinilah kesia-siaan yang saya maksud.

Namun, meskipun begitu, bukan berarti kita tidak bisa menghindari efek atau dampak negatif dari konten-konten negatif yang bertebaran di "alam internet" ini. Satu hal yang paling utama, ketika kita tidak bisa mengendalikan pelakunya adalah dengan berusaha mengontrol calon korban, Ya, EDUKASI pengguna atau konsumen internet adalah satu-satunya jalan paling ampu, ya meskipun tidak semudah yang dikatakan.

Memblokir satu website, tidak membuat oknum-oknum tertentu untuk berhenti membuat website yang serupa. Apalagi dengan teknologi dan dukungan pengetahuan tinggi yang membuat suatu sistem tidak mudah dibobol atau diblokir pemerintah. Ini yang dimaksud anomali teknologi.

Salah satu kelemahan yang bisa ditemukan adalah ketika pemerintah memblokir situs terlarang, namun bisa dengan mudah diakses user hanya dengan menggunakan satu aplikasi atau ekstensi web browser. Ini yang namanya anomali teknologi. Teknologi melawan teknologi.

Melarang penggunaan suatu aplikasi yang sebetulnya bisa sangat bermanfaat, kemudian hanya karena disalahgunakan suatu oknum yang tidak bertanggung jawab, ini yang namanya kesenjangan dan ketidakadilan. Terkadang, saya pun harus mengkritik pemerintah terkait kebijakannya yang bersifat parsial, meski saya yakini dan pahami tujuan baik dari apa yang pemerintah lakukan.

Namun, kembali bahwa saya paham akan visi dari pemerintah. Maka dari itu, sebanyak apapun dan sekuat apapun sistem blokir, itu tidak akan membuat proses produksi dan distribusi konten negatif di internet bisa berhenti. Anda tahu tidak, bahwa ada sekitar 94 persen konten yang tersembunyi di internet, dengan istilah yang familiar dengan dark web or dark net. Konten-konten tersebut tidak bisa dengan mudah diakses seperti konten-konten lain yang kita semua ketahui dan bisa dengan mudah diakses.

Bayangkan, konten-konten yang bertebaran, yang sebegitu banyaknya yang bisa kita akses, hanya 4 persen dari seluruh konten yang ada di internet, pada dimensi lain dari internet ini tentunya. Kita tidak tahu isi dan konten apa yang tersebar, karena memang hanya bisa diakses oleh pihak atau orang tertentu saja, termasuk pemerintah. Apalagi ada istilah mariana web yang diilhami dari Palung Mariana, daerah terdalam di muka bumi. Mariana Web merupakan kumpulan web yang benar-benar dalam. Bayangkan saja.

Ini menjelaskan bahwa perkara terkait kekhawatiran dari penyebaran konten negatif di internet, bukan salah dari teknologinya dan bukan kesalahan mutlak dari yang membuat dan menyebarluaskannya. Baiklah, kunci permasalahannya ada pada si pembuatnya. Ketika kita bisa mengatasi kuncinya, tentu ini sikap yang krusial.

Namun, mari kita berpikir lebih rasional! Dari apa yang sudah saya sampaikan sebelumnya terlihat bahwa hal yang paling rasional untuk bisa kita lakukan adalah mengenai pengendalian konsumen atau pengguna yang notabenenya adalah "calon korban". Artinya, kita harus lebih mementingkan upaya agar mereka tidak benar-benar menjadi korban. Itu yang utama.

Terima kasih. Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment