Friday, October 27, 2017

Pesan Buat Kamu, Yang Ke Sekolah Cuma Buat Cari Nilai

Saya seorang pelajar, lebih tepatnya masih seorang pelajar. Kira-kira, saat saya menulis artikel ini, saya sudah menyicipi bangku sekolah selama 9 tahun, dimulai sejak dari Sekolah Dasar. Sudah cukup banyak hal yang saya alami selama dalam "dunia ini", meskipun saya menyadari bahwa semua itu tidak seberapa dibanding orang lain di luar sana.

Dari mulai suka, bahkan duka. Mendapat hal yang membahagiakan dimata banyak orang, seperti mendapat nilai tinggi dan mendapat tropi. Dan tentunya juga merasakan yang biasa dibilang sebagai hal yang menyedihkan dan memalukan bagi banyak orang, seperti mendapat nilai kecil, remedial dan juga dihukum. Semuanya pernah saya alami.

pelajar, belajar, nilai, pintar, bodoh, nrutama

Tapi, ya sudahlah, itu tidak mengapa.

Semua itu adalah hal yang luar biasa. Ya, luar biasa. Ketika mengikuti perspektif dan paradigma kebanyakan orang, saya tahu, itu hal yang dianggap biasa. Tapi, disinilah saya bisa merasakan arti sebenarnya dari makna pelajar dan belajar. Saya tidak akan menganggap meraih prestasi dan nilai yang tinggi adalah hal yang mengagumkan. Lalu kemudian, menganggap mendapat nilai kecil, remedial dan juga dihukum adalah hal menyedihkan atau bahkan memalukan.

Saya paham, sangat paham. Selama merasakan bangku sekolah, kita semua memang dituntut untuk bisa berprestasi, mendapat nilai tinggi dan masuk perguruan tinggi negeri. Saya paham, sangat paham. Ketika seorang pelajar mendapatkan itu semua, tentunya sebuah kebanggaan dan kebahagiaan akan muncul. Saya paham, sangat paham. Bahkan, saya sendiri memiliki keinginan untuk mendapatkan itu semua. Sulit dipercaya jika menemukan mereka yang kontradiktif dengan hal itu.

(Tentunya, saya ucapkan selamat bagi siapa saya yang sudah mendapatkan semua itu)

Kebanyakan sistem pendidikan saat ini memang menuntut itu semua, tak terkecuali di negeri kita tercinta ini, Indonesia. Nilai bukan hanya menjadi sebuah parameter dalam dunia pendidikan dan kebanggaan bagi para pelajar. Saat ini, nilai seperti sebuah ideologi pendidikan. Dimana, nilai menjadi sebuah inti dari pendidikan itu sendiri. Ya, tidak bisa dipungkiri bahwa adanya.

Sekali lagi, saya tidak bisa membantah hal tersebut.

Akan tetapi, di balik semua anggapan saya itu, entah kenapa, saya memiliki perasaan dan pemikiran yang mengganjal mengenai nilai dalam dunia pendidikan itu sendiri. Saya pernah menulis beberapa artikel yang secara implisit mengatakan bahwa saya tidak menyetujui penerapan nilai sebagai acuan penilaian kecerdasan seseorang, yang intinya nilai itu tidak representatif. Terlalu lama jika harus saya jelaskan lagi. Pembaca bisa membacanya di :




Masih seputar nilai itu sendiri, tapi saya akan mencoba membahasnya dalam perspektif atau sudut pandang lain. Semuanya sebetulnya bermuara pada ketidaksetujuan saya terhadap penggunaan nilai sebagai acuan tingkat kecerdasan seseorang. Sebagai seorang pelajar yang memang bodoh, yang membela siapapun pelajar, terutama yang setuju dengan pandangan saya, saya kerap merasa risih terhadap pelajar lain yang saya temui, yang mereka menggilai dari nilai.

Kembali saya ulas, hal yang wajar ketika pelajar mencari sebuah nilai di sekolah. Karena memang kita dituntut untuk itu. Akan tetapi, yang saya maksud disini adalah mereka yang terlalu terobsesi dengan nilai. Ini berdasarkan atas apa yang saya temui sendiri. Apapun itu tugas dari guru, dia semangat mengerjakan karena memang ada embel-embel nilai. Semangatnya itu yang mesti dicontoh semua pelajar, tapi alasan dia semangatlah yang tidak saya suka dan setujui.

Ketika guru memberikan tugas, apakah harus memastikan bahwa kita akan menerima hadiah, penghargaan atau nilai ? Nilai itu memang mesti dicari, tapi tolonglah, jangan sampai mengesampingkan esensi dan substansi dari proses belajar dan pendidikan yang sebenarnya. Bangsa ini tidak akan besar, hanya dengan nilai besar yang diraih generasi pelajarnya.

Kamu tahu, saat ini kebanyakan residivis adalah mereka yang memiliki pendidikan yang tinggi dan tentunya sangat logis jika kita beranggapan bahwa mereka dulunya adalah seorang pelajar yang mendapatkan nilai yang tinggi.

Maka dari itu, saya yang juga seorang pelajar tidak ingin membenci kamu yang seorang pelajar, yang ke sekolah hanya untuk mencari nilai. Saya tidak mengajarkan anda untuk apatis dan skeptis terhadap nilai dan begitu saja masa bodoh dengan nilai yang besar. Saya juga memiliki keinginan untuk mendapatkan nilai tinggi, tapi tolong jangan sampai melakukan tindakan dan sikap yang mengubah dasar atau fondasi dari pendidikan yang ingin membentuk pribadi yang terdidik. Fondasi pembelajaran yang ingin membentuk pribadi yang terpelajar.

Lagi pula, seperti yang sudah disampaikan dalam tulisan saya yang lain, yang memang memiliki kesan ketidaksepahaman saya terhadap nilai berupa angka dalam dunia pendidikan yang digunakan sebagai parameter aspek-aspek penilaian. Karena saya merupakan pribadi yang sangat benci ketika ada pelajar yang mendapatkan nilai kecil, kemudian dicap sebagai orang yang bodoh, bahkan oleh gurunya.

Kembali saya tegaskan bahwa mencari nilai adalah bukan hal yang salah dan banyak diantara pelajar yang mendapatkan nilai tinggi, karena memang merupakan seseorang yang cerdas. Yang saya benci adalah ketika semangat belajar dan mengerjakan tugas hanya akan muncul ketika motivasi-nya adalah sebuah nilai. Itu merupakan bentuk distorsi esensi dari belajar. Dan merupakan salah satu bentuk dekadensi dunia pendidikan.

Tulisan ini terlihat dan terkesan seperti sebuah "pemberontakan" dan "protes". Kesan pertama yang muncul dari para pembaca mungkin adalah bahwa ada seorang pelajar yang bodoh, yang kerap mendapat nilai kecil dan remedial, kemudian mengalami gangguan psikis, lalu menulis artikel untuk membela diri. Selamat, anda benar. Saya memang sesuai dengan anggapan itu.

Apapun itu pandangan para pembaca terhadap tulisan ini, saya hanya berharap tulisan ini bisa menginspirasi. Menginspirasi ? Sepertinya tidak. Memotivasi ? Untuk tidak termotivasi mendapat nilai besar ? Sepertinya tidak juga. Apapun manfaatnya, intinya semoga bisa memberikan pencerahan yang menerangkan bagi siapapun yang membaca tulisan ini.

Terima kasih.

3 comments:

  1. nilai saya dulu di sekolah standar aja sihh..
    sering naik turun. tp yang paling jelek pasti matematika karena lebih sering dapat nilai di bawah 5. Hahahaha
    aniwei. tetap nikmati masa sekolah karena setelah bekerja nanti, masa ini justru yang paling dirindukan. :)

    ReplyDelete
  2. Wah sepakat banget nih.. Tapi ya gimna ya, tuntutan dari sekolah nilai harus diatas rata2.. Ya kan

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete