Wednesday, November 15, 2017

Pesan Untuk Guru, Dari Muridmu yang Merupakan Seorang Pemalas

Jadi pelajar itu memang menyenangkan. Apalagi saat mendapatkan nilai yang tinggi, dapat peringkat pertama di kelas dan bisa berprestasi di dalam atau juga di luar sekolah. Saya yakin, semua pelajar pasti menginginkan hal itu, termasuk saya sendiri. Tapi, ternyata jadi pelajar bukan sekedar untuk berusaha mendapatkan hal itu semua. Bahkan, kita itu bisa dikatakan hebat jika mendapatkan apa yang tidak orang lain inginkan. Karena memang makna hebat itu tidak sesempit yang dipikirkan banyak orang. Jadi, jangan sampai salah paham ya.

Saya ulangi, saya pikir semua pelajar menginginkan apa yang sudah saya sebutkan di atas. Mereka rajin datang ke sekolah, rajin mengerjakan tugas di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah dan giat belajar saat menjelang menghadapi ujian. Semangat yang bagus. Mereka itu pelajar yang luar biasa. Tak cuma rajin, mereka memang memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil dan sukses, khususnya berhasil dan sukses di sekolah.

murid, pelajar, malas, nrutama

Rajin atau giatnya mereka memang tidak akan menjadi hal yang sia-sia. Pak, Bu Guru, mereka sangat layak untuk kalian sayangi, untuk kalian bimbing, untuk kalian bina dan untuk kalian tempa. Sejak saat ini, mereka sudah bisa dikatakan sebagai generasi penerus bangsa yang unggul. Saya bahkan merasa bangga, meski sekedar dekat dengan mereka. Seperti memiliki kebanggaan tersendiri melihat dan mendengar prestasi mereka.

Lain halnya dengan diri saya.

Saya yang entah kenapa selalu dihampiri rasa malas untuk mengerjakan tugas. Saya yang hanya pandai berbicara di kelas, tapi selalu tertinggal dalam mengerjakan tugas. Terkadang, jawaban dari setiap tugas yang saya kerjakan, lebih singkat dari yang lain. Terkadang, saya baru mengumpulkan tugas di hari dimana tugas itu sudah selesai diperiksa.

Belum selesai.

Saya yang terkadang tidak menulis apa yang guru tulis di papan tulis. Berlagak sok kuat memori, dengan beralasan bahwa saya langsung "mencatatnya" di otak. Saya, yang terkadang, berlagak sok pintar, dengan tidak memperhatikan apa yang sedang guru jelaskan. Ah, pelajar macam apa saya ini.

Dengan apa yang selama ini saya lakukan, dengan rasa malas yang selalu saya rasakan, semua itu memang sudah cukup untuk menjadi alasan untuk menyalahkan saya atau mungkin memarahi saya. Itu cukup. Maka dari itu, sangat tidak etis jika saya tidak meminta maaf. Bahkan, ucapan maaf saya sudah disampaikan di awal/di judul artikel ini.

Tapi.

Semua permintaan maaf ini tidak akan begitu saja saya sampaikan. Selanjutnya, ini tidak akan menjadi sebuah pembelaan. Tapi, saya pikir, saya harus menyampaikan ini. Tidak hanya kepada guru-guru. Tapi, ini untuk semua orang yang memiliki perhatian terhadap apa yang akan saya bagikan. Entah itu sebuah kata 'SETUJU' atau mungkin 'TIDAK SETUJU'.

Seperti yang sudah beberapa kali saya sampaikan, saya ini memang merupakan pelajar yang malas. Saya malas jika disuruh guru untuk menulis ulang/duplikasi suatu pembahasan dari satu buku yang sebenarnya milik kita ke buku catatan lagi. Saya malas jika disuruh guru mengerjakan soal yang jawabannya sudah gamblang/tertera di buku dan mudah diakses. Saya akan malas jika disuruh guru untuk mendapatkan nilai tinggi dengan alasan agar kita bisa sukses. Tolong pahami itu.

Menulis kembali kalimat demi kalimat yang sudah ada sumbernya, bahkan sumbernya itu kita miliki sendiri adalah hal yang SIA-SIA. Entah mungkin mutlak karena saya yang memang pemalas atau tidak, rasanya hal tersebut memang tak lebih hanya untuk melatih kita bagaimana menulis yang indah.

Entah efektif dan optimal atau tidak, tapi, ketika saya diberikan soal, kemudian jawabannya secara eksplisit tertera di suatu sumber, lalu tinggal menyalinnya, apa gunanya ?

Saya tahu,  melaksanakan perintah guru memang menjadi suatu keharusan, tapi, ketika perintah untuk disandingkan dengan alasan agar bisa mendapatkan nilai tinggi untuk kesuksesan, saya rasa itu sesuatu yang tidak terlalu jauh dengan sebuah MITOS. Saya tidak suka jika saya dituntut untuk mendapatkan nilai tinggi. Saya tahu, saya memang tidak sepintar mereka yang mendapatkan nilai tinggi. Tapi, saya lebih suka dimotivasi untuk bisa memahami suatu pelajaran, tanpa harus dengan embel-embel nilai.

Yah, lewat tulisan ini, sangat kental dengan kesan untuk membela diri. Terserah apa yang nantinya pembaca persepsikan, tapi, semoga ada banyak orang di luaran sana yang mengerti apa yang ingin saya sampaikan lewat tulisan ini. Jika pun memang benar saya membela diri, sungguh saya membela pelajar lain yang memang merasakan apa yang saya rasakan. Saya, dia dan mereka yang memang jarang dimengerti oleh orang lain.

Terima kasih. Semoga bermanfaat.

2 comments:

  1. Siiipp.. Buat apa sekolah kalau hanya ingin mendapat nilai yang kadang dimanipulasi??
    .
    Terkait soal, solusi bagaimana ya biar tidak hanya menyalin dari buku? Menganalisis kah? Atau bagaimana?

    ReplyDelete
  2. Kamu mungkin dapat dgn mudah mengingat dan mengerjakan pelajaran dikelas. Tapi bukan berarti kamu harus malas mencatat pelajaran. Mencatat pelajaran merupakan alat bantu dalam mengingatkan kembali pelajaran yg sudah lupa (karena biasanya siswa itu mudah mengingat, dan mudah melupakan).

    Kamu disuruh guru menulis kembali buku?? Itu bisa dikatakan sbg hukuman buat kamu,
    berarti guru mu itu bijak.."kamu disuruh merefleksikan dirimu kembali atas tindakan malas mu itu.

    Tapi kalau menulis kembali seperti membuat ringkasan pun punya manfaat lain seperti melatih kreativitas, memudahkan dalam mengingat + memahami bacaan, dan melatih pola pikir dalam melihat dan menyelesaikan masalah menjadi se-simple mungkin.

    NILAI TINGGI di sekolah itu merupakan BUKTI bahwa siswa berhasil dan sukses di sekolah. Walaupun bukan jaminan 100% bahwa siswa nilai tinggi akan berhasil di LUAR sekolah (dunia pekerjaan).
    Karena yg namanya 100% (sempurna itu tdk ada)

    Tapi PELUANG (yg saya katakan ini peluang ya) untuk Sukses di LUAR sekolah itu semakin BESAR jika kamu memiliki Nilai tinggi semasa kamu sekolah. Dan itu Bukan MITOS!!.
    Kenapa demikian???? karena biasanya mereka punya semangat juang +sifat tidak mau kalah dari orang lain yang lebih besar, dibandingkan dgn siswa pemalas yg punya sifat tidak peduli dan tidak mau tau dgn apapun disekitarnya.

    ReplyDelete