Thursday, April 13, 2017

MITOS : Pelajar Yang Mendapatkan Nilai Kecil Adalah Pelajar Yang Bodoh


Saya yakin sebagian dari pembaca merasa heran mengapa saya mencantumkan hal di atas sebagai sebuah mitos. Akan tetapi, saya rasa ini memang benar. Dimana, nilai yang diraih seorang pelajar tidak selamanya merupakan representasi dari tingkat kecerdasannya. Terkait dengan pernyataan diatas, secara langsung saya juga berpendapat bahwa pelajar yang mendapatkan nilai besar dari gurunya, entah untuk tugas atau soal apapun, tidak bisa langsung kita simpulkan dia merupakan pelajar yang cerdas.

Meski demikian, saya juga yakin bahwa di luar sana memang benar-benar ada pelajar yang meraih nilai besar karena memang dia adalah pribadi yang cerdas. Oleh karena itu, saya menghimbau para pembaca agar tidak berasumsi yang bukan-bukan. Karena yang kita soroti kali ini adalah mengenai validitas nilai dalam menentukan tingkat kecerdasan. Saya rasa, topik yang saya tulis ini hampir sama dengan tulisan saya sebelumnya. Jadi, alangkah baiknya jika pembaca juga membaca tulisan saya terdahulu.

Baik, sistem pendidikan saat ini memang seolah-olah menitikberatkan nilai kepada para pelajar. Saat ini, pelajar seakan terus didorong untuk meraih nilai yang besar, dalam tugas apapun itu. Sebenarnya, hal tersebut tidak bisa kita salahkan sepenuhnya. Akan tetapi, yang menjadi masalahnya adalah bahwa karena hal tersebut, saat ini paradigma masyarakat pun terbentuk untuk memberikan gelar "bodoh" kepada seorang pelajar yang meraih nilai yang kecil.

Mengapa ini menjadi masalah ?

Ada beberapa hal yang membuat hal di atas menjadi sebuah masalah. Namun, yang paling mencolok tentunya mengenai kondisi psikis si pelajar tersebut. Kita juga mesti menyadari bahwa tidak semua pelajar akan menganggap nilai kecil yang diraih menjadi sebuah motivasi untuk lebih baik kedepannya. Tetapi, tentu ada juga sebagian dari mereka yang akan merasa minder atau bahkan hal lain yang lebih mengkhawatirkan ketika dia mendapatkan nilai kecil.

Menyikapi hal diatas, tentu penyebabnya bukan sepenuhnya dari apa yang menjadi anggapan masyarakat banyak pada saat ini. Melainkan, penggunaan angka yang seolah-olah merepresentasikan kecerdasan seseorang. Sebab, sebetulnya kecerdasan manusia tidak bisa langsung direpresentasikan lewat angka dan huruf. Karena, kemampuan otak manusia tidak bisa semudah itu dijelaskan oleh otak manusia lagi. Otak manusia tidak bisa menilai otak manusia lagi.

Dengan demikian, sebenarnya konsep kecerdasan yang sebenarnya amatlah sulit dijelaskan. Jika kita mengetahui adanya istilah IQ, maka itu pun tidak bisa serta-merta menyimpulkan kemampuan otak manusia. Karena kecerdasan yang harfiah itu mencangkup berbagai hal, seperti tentang bagaimana hubungannya dengan diri sendiri, dengan Tuhannya, dengan orang lain dan lain sebagainya.

Selain seperti yang sudah disampaikan di atas, sebenarnya ada hal lain yang membuat penggunaan nilai diragukan validitasnya untuk mengukur kecerdasan seseorang. Apa itu ? Tentang bagaimana si pelajar meraih nilainya. Tentu, ketika para pelajar seakan dituntut mendapatkan nilai yang besar, tidak sedikit dari mereka yang melakukan hal-hal yang tidak fair untuk mendapatkan nilai tersebut, seperti menyontek.

Meski tidak semua, nyatanya tidak sedikit pula yang melakukan hal tersebut. Sebenarnya ada dua pihak yang saya rasa memiliki kesalahan akan hal tersebut. Pertama, tentu pelajar yang melakukan tindakan curang tersebut. Yang kedua, mengenai yang memberlakukan penerapan menggunakan nilai tersebut. Atau lebih sederhananya, yang menuntut pelajar agar mendapatkan nilai yang besar.

Selain itu, hal lain yang sebenarnya membuat tingkat validitas nilai diragukan adalah terkait kondisi pelajar tersebut pada saat melakukan sesuatu untuk mendapatkan nilai, baik fisik maupun psikis. Ambil contoh, seorang pelajar yang dikenal cerdas, kemudian saat mengisi soal untuk kenaikan kelas dia mengalami gangguan kesehatan atau bahkan gangguan psikis karena suatu masalah, tentu dia tidak akan optimal dalam mengerjakan soal tersebut. Dan tidak menutup kemungkinan juga ia akan mendapatkan nilai yang kecil.

Oleh karena itu, pada dasarnya yang mesti kita perbaiki adalah terkait paradigma kita sendiri. Jangan menilai mereka yang meraih nilai yang kecil merupakan seorang yang bodoh. Karena sebuah nilai yang digambarkan oleh angka tidak selamanya valid dalam mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Selain itu, kita juga mesti memperbaiki pemahaman kita terkait makna yang sesungguhnya dari kecerdasan. Itu yang paling fundamental. karena pemahaman awal kita mengenai makna kecerdasan akan menjadi pondasi dari bagaimana kita memahami hal lain yang berkenaan dengan kecerdasan.

Terima kasih. Semoga bermanfaat.

1 comment:

  1. TRADING ONLINE TERPERCAYA
    Platform Trading FOREX berbasis di Indonesia.
    Kami menawarkan produk-produk Cryptocurrency & Forex.

    ✅ Akun Demo Gratis
    ✅ minimum Deposit 50.000
    ✅ Bonus Deposit 10%
    ✅ Customer support 24jam /7 hari
    ✅ Browser Gadget / komputer
    ✅ Proses Deposit & withdrawal cepat
    ✅ Pembayaran profit up to 80%
    ✅ Bonus Referral 1%

    Www.hashtagoption.com

    Trading lebih mudah & Rasakan pengalaman Trading dengan profit mudah . Bergabunglah Sekarang di HASHTAG OPTION

    ReplyDelete