Thursday, December 1, 2016

Inilah Alasan Mengapa Saya Tidak Setuju Adanya Penghapusan UN bagi Pelajar


Setelah pada artikel sebelumnya saya telah menyampaikan alasan-alasan yang membuat saya setuju dengan adanya penghapusan Ujian Nasional bagi pelajar, kali ini saya akan menyampaikan alasan yang membuat saya tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Bagi yang belum membaca postingan sebelumnya, tentu ini terdengar membingungkan.

Saya sampaikan kembali bahwa setelah muncul wacana ini dan banyak pro-kontra yang juga muncul dimasyarakat, saya berada diantara keduanya. Sebagai seorang pelajar, saya mempunyai alasan mengapa saya menyetujuinya namun saya juga memiliki alasan lain yang membuat saya tidak menyetujui adanya kebijakan ini. Oleh karena itu, apapun keputusannya nanti saya akan menerima apapun keputusannya dan saya juga mengharapkan semuanya juga seperti itu.

Berikut ini merupakan alasan yang membuat saya tidak menyetujui adanya penghapusan Ujian Nasional bagi pelajar.

Setelah munculnya wacana ini yang dikeluarkan Mendikbud RI, saya juga berpikir bahwa jika Ujian Nasional dihapus dan didesentralisasikan maka parameter kelulusannya pun tidak akan jelas, sehingga disetiap daerah akan berbeda-beda. Hal inilah yang saya anggap akan menimbulkan kesenjangan dari tiap-tiap daerah dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa iri dari pelajar di suatu daerah atas pelajar di daerah lain. Rasa iri yang bagaimana ?

Kita ambil contoh si A yang bersekolah di Jawa Barat, sedangkan si B bersekolah di Jawa Tengah misalnya. Dengan sistem ujian yang didesentralisasikan maka otomatis setiap soal yang muncul pun akan berbeda disetiap daerahnya. Jika si A kita ukur kecerdasannya dari skala 1-10 adalah skornya 7 dan soal yang muncul ketika ujian di daerahnya jika kita ukur kesulitannya dengan skala yang sama adalah 6 maka besar kemungkinan dia akan lulus , sebab skor kemampuan yang dia miliki lebih besar dari tingkat kesulitan soal ujian yang muncul.

Dan jika si B mempunyai tingkat kecerdasan yang sama dengan si A, yaitu 7. Dengan soal di daerahnya yang berbeda dengan daerah si A, maka tingkat kesulitannya pun ada kemungkinan berbeda. Katakanlah tingkat kesulitan di daerah di B adalah 8. Kemungkinan untuk si B lolos akan lebih kecil dari si A meskipun punya tingkat kecerdasan yang sama. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan daerah di daerah yang berbeda-beda jika dijalankan dengan asas desentralisasi.

Andaikan memang menerapkan kurikulum yang sama, namun kemungkinan untuk berbeda tingkat kesulitan tetap ada. Kita tidak usah jauh-jauh menengok ujian nasional. Didalam kegiatan pembelajaran sehari-hari pun terkadang kita melihat adanya perbedaan tingkatan suatu soal antar daerah atau bahkan antar sekolah yang meskipun menerapkan kurikulum yang sama.

Oleh karena itu, saya harap meskipun pada akhirnya pemerintah menetapkan untuk menghapus adanya Ujian Nasional bagi pelajar, pemerintah juga tidak lupa untuk melakukan peningkatan serta pemerataan mutu pendidikan di Indonesia. Sebab, seperti yang kita ketahui bahwa salah satu penyebab pemerintah, yang dalam hal ini Kemendikbud mengeluarkan wacana ini adalah karena mutu pendidikan yang belum merata.

Maka dari itu, pemerintah juga harus terus berusaha untuk melakukan pemerataan mutu pendidikan di Indonesia disamping melakukan penghapusan Ujian Nasional bagi pelajar. Karena, segala kebijakan yang dikeluarkan pemerintah jangan sampai menguntungkan satu pihak saja, melainkan seluruh warga negara.

Semoga bermanfaat. Terima kasih. Sampai jumpa.


11 comments:

  1. Yap, setidaknya lakukanlah pemerataan mutu pendidikan, wahai pemerintah..

    ReplyDelete
  2. keinginan adalah sumber penderitaan
    harta dunia kendaraannya
    bahan bakarnya budipekerti
    itulah nasehat para nabi #fals
    setuju banget apa kata agan diatas

    ReplyDelete
  3. usul gan
    untuk lebih enaknya dalam membaa, apakah tidak sebaiknya diberikan sub judul?

    ReplyDelete
  4. Ketidakadaanya ujian Nasional akan kembali ke tahun2 sebelum 1990 an dimana memang standar ujian hanya mengedepankan hasil dari ujian sekolah saja yg standarnya dari tiap daerah. Tentu beda jelas tingkat kesulitan soal saja untuk yg di Jawa dengan yg daerah Manado (pengalaman punya teman dari Manado yg bilang pelajaran bahkan soal di Jawa lebih sulit dari di tempat dia dulu). Sebetulnya sekarang pun juga sudah baik ujian Nasional tdk menjadi patokan kelulusan siswa karena kembali ke siswanya dan sekolahnya. Tentunya ada hal lainnya yg perlu dijabarkan sampai ujian Nasional.

    Ini opini saya, pendidikan di Indonesia sdh perlahan mau mulai meniru di luar negeri yang ujian Nasional tdk diutamakan bahkan katanya tdk ada (saya tdk sekolah di luar negeri jd blm tahu apakah memang tdk ada atau ada tp bobotnya tdk berat) yang jelas disana dari beberapa sumber yg saya baca siswa tidak diharuskan mengerjakan ujian sekian banyak bahkan yang wajib hanya ujian bahasa mereka dan matematika sisanya adalah pelajaran yang mereka pilih (sistem SKS macam kuliah jadi yang suka biologi ya masuk kelas biologi yang suka fisika ya masuk kelas fisika) tapi mereka sukses bahkan akhlak Budi pekerti mereka baik (di Irlandia meletakkan Hp di dashboardnya mobil aja tdk akan hilang dicuri orang).

    ReplyDelete
  5. menurut saya lebih baik di hapus, lihat aja sistem Belajar di Finlandia. Cuma Ujian hanya waktu 16 Tahun aja, selebih nya tidak ada ujian

    ReplyDelete
  6. Mantap gan, bermanfaat.
    Mampir yuk ke sum3a.com

    ReplyDelete
  7. kalo saya sih mending dihapus aja gan, UN udah tidak valid menjadi Tolok ukur seseorang

    ReplyDelete
  8. saya sih antara setuju gak setuju gan

    ReplyDelete
  9. walaupun UN masih tetep ada, masuk ke SMA jg test -_- jdi sama ja

    ReplyDelete