Friday, April 28, 2017

Bedakan Antara Hormat dan Takut

Ilustrasi
Dalam hidup ini, kita tentu sudah tidak asing lagi dengan norma kesopanan yang mengatakan bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua. Tak hanya kaitannya dengan umur, diantara kita juga mungkin acap kali mendengar norma kesopanan seperti itu yang kaitannya dengan jabatan seseorang. Misalnya, seorang karyawan harus menghormati atasannya, bahkan dalam konteks ini mereka juga tidak memperhatikan usianya.

Adanya norma tersebut memang merupakan suatu hal yang baik. Baik dalam hal penanaman karakter ataupun juga baik yang kaitannya dengan norma yang lain. Maka dari itu, setiap orang harus memiliki, menyadari dan mengimplementasikan norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Namun ternyata, ada hal lain yang justru menjadi hal yang salah terkait hormat-menghormati dalam pembahasan ini. Masalah yang dimaksud adalah terkait miskonsepsi terkait apa dan bagaimana memiliki, menyadari dan mengimplementasikan rasa hormat itu sendiri.

Miskonsepsi seperti apa ? Berikut pembahasannya.

Miskonsepsi atau salah kaprah yang saya maksud kali ini memang lebih kepada terkait pemahaman dan penerapan dari bagaimana hormat dan menghormati. Saat ini, saya rasa banyak orang yang seakan menyamakan antaran hormat dan takut. Mengapa saya mengaitkan rasa hormat dan rasa takut ? Karena memang, keduanya memiliki konsep yang mirip, meski sebenarnya berbeda. Dan inilah miskonsepsi yang saya maksud.

Meski tidak disadari secara langsung, saat ini memang banyak orang yang menyadari akan rasa hormat, namun dalam penerapannya mereka seolah-olah salah dalam memahami 'hormat' yang sebenarnya. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, dalam penerapannya mereka cenderung menerapkan rasa takut, bukan lagi hormat

Kita ambil sebuah contoh seorang murid dengan seorang guru. Kita semua pasti setuju jika seorang murid mesti menghormati seorang guru. Akan tetapi, karena khususnya para murid salah dalam memahami rasa hormat, dalam penerapannya mereka justru seolah-olah takut kepada guru.

Misal, dalam proses pembelajaran seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran kepada muridnya. Akan tetapi, kita menemukan bahwa sang guru memiliki kekeliruan terkait materi yang diajarkan, dan kita sebagai murid mengetahui bahwa hal tersebut keliru. Saat ini, mungkin lebih banyak murid yang tidak berani untuk memberikan informasi kepada guru bahwa hal tersebut keliru, apalagi jika memberitahunya. Alasannya, mereka menghormati guru tersebut. Dengan dalih, tidak ingin seakan mengajari atau melampaui guru. Padahal ini bukan lagi masuk kepada konteks hormat-menghormati. Mengapa ?

Dari ilustrasi diatas sudah jelas bahwa konteksnya merupakan sebuah rasa takut. Dan dari ilustrasi diatas pula bisa kita ketahui perbedaan dari rasa hormat dan rasa takut. Jika memang kita menghormati guru tersebut, sebaiknya kita tidak membiarkan kesalahan tersebut "membusuk". Alangkah baiknya jika kita memberi tahu sebuah kebenaran kepada guru tersebut tanpa harus mengkhawatirkan rasa takut yang yang ada dalam benak diri.

Dari penjelasan diatas sudah terlihat bahwa rasa hormat dan rasa takut merupakan hal yang berbeda dan tidak bisa disamakan. Satu diantara keduanya bukan merupakan bagian dari satu yang lainnya. Jika kita memang menghormati seseorang, jangan pernah takut terhadapnya, dengan catatan tentu demi kebaikan. Jika memang kita mengaku menghormatinya tapi kita takut, maka hapus pengakuan itu.

Semoga bermanfaat. Terima kasih.

1 comment:

  1. Sepakat banget nih.. Beda banget ya antara hormat dan takut

    ReplyDelete