Saturday, May 27, 2017

Saat Tingkat Pendidikan dan Ekonomi Seseorang Mempengaruhi "Kedekatannya" dengan Rokok

NRUtama, merokok, bahaya merokok, rokok
Ilustrasi
Kembali membahas mengenai rokok. Dalam artikel sebelumnya, kita sudah membahas mengenai peranan pengaruh lingkungan sekitar dalam proses pembentukan para perokok baru. Dan kembali bisa saya garis bawahi bahwa peranan dari pengaruh lingkungan sekitar itu sendiri memang cukup krusial.

Akan tetapi, ada hal lain yang belum kita bahas, namun juga memiliki peranan yang cukup penting juga terkait hubungan antara rokok dan individu yang mungkin saja berpeluang untuk menjadi perokok. Hal yang saya maksud pun memang lebih menyoroti kepada setiap individu. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa memang kunci utama dari kemelut mengenai rokok ada pada setiap individu, baik perokok atau mungkin yang bukan perokok.

Dan yang akan saya bahas kali ini adalah mengenai pengaruh dari tingkat pendidikan dan ekonomi seseorang terhadap "kedekatannya" dengan rokok. Sebab, tidak bisa kita pungkiri bahwa sejauh ini, kedua hal tersebut memang cukup menggambarkan bagaimana hubungan seseorang dengan rokok.

Berbicara mengenai hubungan seseorang mengenai rokok, kita mesti memahami bahwa ada banyak bentuk terkait hubungan yang saya maksud. Bentuk hubungan yang paling mudah dipahami mungkin memang hanya ada dua, yaitu mereka yang menjadi konsumen rokok dan mereka yang bukan konsumen rokok. Dua bentuk hubungan tersebut memang yang paling pokok. Akan tetapi, jika kita kupas lebih jauh, maka akan ada sub bentuk hubungan lain yang terjalin antara individu dengan rokok.

Kita mulai dengan memfokuskan kepada mereka yang menjadi perokok. Bentuk hubungan atau interaksi lain yang bisa masuk terkait hal tersebut adalah mereka yang menjadi konsumen rokok karena tidak mengerti tentang rokok, terutama bahayanya dan mereka yang menjadi konsumen rokok bahkan meski mereka mengetahui dan paham betul semua tentang rokok, apalagi mengenai dampak buruknya. Hal tersebut merupakan bentuk hubungan lain antara individu dengan rokok hasil penjabaran dari mereka yang memiliki hubungan sebagai konsumen.

Dalam hal ini, sekarang kita mulai bisa melihat dari sisi tingkatan pendidikan dan juga ekonomi dari individu itu sendiri. Ada seseorang yang menjadi perokok karena mereka memang tidak paham mengenai seluk beluk tentang rokok, terutama bahaya dari merokok. Ini kaitannya dengan tingkatan pendidikan seseorang, karena itu hal ini bisa dikatakan sebagai hal yang masih wajar. Mereka tidak mengerti akan konsukuensi yang bisa diterima dari apa yang mereka lakukan, sehingga mereka tetap enjoy dalam melakukan apa yang sekiranya mereka sukai.

Lain halnya dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki pemahaman mendalam mengenai rokok, maka akan kecil kemungkinannya dia akan menjadi konsumen rokok. Dari sini bisa dilihat bahwa semakin rendah tingkat pendidkan seseorang, maka semakin dekat pula 'hubungannya" dengan rokok.

Ini dalam sudut pandang teori berdasarkan pendapat dan pandangan saya sendiri. Karena itu, hal yang saya sampaikan bisa saja tidak berlaku. Dan benar saja, pada kenyataannya, banyak orang yang menjadi perokok meski mereka memiliki pemahaman yang mendalam mengenai rokok, bahkan bahayanya. Entah apa alasannya, ini sudah saya bahas pada artikel sebelumnya. Apa alasannya ? Semua berada pada diri mereka masing-masing.

Sekarang berdasarkan perspektif tingkat ekonomi. Jika kita menggunakan sudut pandang tingkat ekonomi, maka akan berbanding terbalik jika kita menggunakan sudut pandang tingkat pendidikan. Pertama, kita mesti memahami terlebih dahulu bahwa karena rokok merupakan salah satu segmen industri, maka ada kegiatan jual dan beli disitu. Semua pembaca pastinya sudah mengerti, kita berpegangan bahwa rokok itu tidak gratis. Entah mungkin ada yang bertentang tentang itu, kita abaikan saja.

Ekonomi dan uang, dua hal yang saling berkaitan. Karena untuk membeli rokok butuh merogoh kocek uang, maka kita bisa simpulkan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang, maka akan semakin tinggi atau dekat pula "kedekatannya" dengan rokok. Dan secara tidak langsung, hal tersebut juga mengilhami bahwa semakin rendah tingkat ekonomi seseorang, maka akan semakin rendah atau jauh pula "kedekatannya" dengan rokok.

Lagi-lagi harus saya sampaikan bahwa karena apa yang saya sampaikan diatas hanya sebuah teori, maka hal tersebut masih bersifat relatif. Dengan kata lain, bisa saja itu berlaku dan tidak menutup kemungkinan juga tidak berlaku. Ada beberapa hal yang membuat hal tersebut tidak berlaku dan ternyata itu juga ada kaitannya dengan pembahasan kita sebelumnya, yakni pendidikan.

Seseorang yang tingkat ekonominya tinggi, bahkan kekayaannya mungkin bisa saja untuk memborong semua rokok yang ada di warung, tapi dia paham bahwa rokok itu berbahaya, maka hukum diatas tidak lagi berlaku. Selain itu, pada kenyataannya, meski mereka memiliki tingkat ekonomi yang rendah, namun memiliki hasrat yang tinggi terhadap rokok, maka dia seolah-olah akan melakukan apapun agar hasratnya terpenuhi. Sayangnya, hal ini yang justru dapat menimbulkan problem baru.

Ketika seseorang memiliki hasrat yang tinggi akan sesuatu, dia akan mencoba melewati batasan yang mereka punya untuk memenuhi hasratnya. Yang bagus adalah semangatnya, yang salah adalah dalam konteks apa dia berusaha dan dengan usaha apa yang ia kerjakan. Semangat agar bisa merokok, sedangkan rokok adalah barang yang membahayakan, apakah dapat dikatakan benar ?

Baca juga : Untuk Perokok, Kalian Pasti Mengetahuinya

Selain itu, berusaha untuk bisa membeli rokok dengan usaha yang halal mungkin bisa dikatakan hal yang wajar. Tapi, pada kenyataannya, mereka dibutakan oleh hasrat yang mereka miliki, sehingga mereka bahkan rela melakukan hal yang melanggar aturan agar hasratnya terpenuhi. Tidak sedikit mereka yang melakukan tindakan kriminal agar keinginan dan hasratnya tercapai, inilah yang menjadi masalah diatas masalah.

Dari pembahasan diatas, bisa dlihat bahwa sebenarnya tidak semua teori yang saya kemukakan benar-benar valid dengan realita yang ada. Namun, disamping itu, apapun alasan dan teori yang ada, apapun yang mempengaruhi, kuncinya ada pada setiap individu itu sendiri. Dengan demikian, tingkatan pendidikan maupun ekonomi tidak lagi mesti kita pikirkan. Sekali lagi, jika kita tahu bahwa rokok berbahaya, jangan munafik dan membohongi diri sendiri dengan apa yang kita ketahui.

Jika kita mungkin tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi keinginan yang kita miliki, maka berusahalah. Namun, ada hal yang perlu diingat, berusahalah dengan usaha yang mengusahakan agar kita berusaha dengan hal yang baik. Jangan menggali lubang, namun diiringi dengan menutupnya. Jangan melunasi hutang dengan hutang. Jangan menyelesaikan masalah dengan masalah.

Terima kasih. Semoga bermanfaat.

1 comment:

  1. TRADING ONLINE TERPERCAYA
    Platform Trading FOREX berbasis di Indonesia.
    Kami menawarkan produk-produk Cryptocurrency & Forex.

    ✅ Akun Demo Gratis
    ✅ minimum Deposit 50.000
    ✅ Bonus Deposit 10%
    ✅ Customer support 24jam /7 hari
    ✅ Browser Gadget / komputer
    ✅ Proses Deposit & withdrawal cepat
    ✅ Pembayaran profit up to 80%
    ✅ Bonus Referral 1%

    Www.hashtagoption.com

    Trading lebih mudah & Rasakan pengalaman Trading dengan profit mudah . Bergabunglah Sekarang di HASHTAG OPTION

    ReplyDelete