Thursday, July 13, 2017

Jurusan IPA dan IPS, Kenapa Mesti Diperbandingkan ?

Bagi semua pelajar di Indonesia, khususnya mereka yang masuk tingkatan SMA, sudah tidak asing lagi dengan sistem penjurusan. Dimana, saat pelajar memasuki tingkatan SMA, mereka akan diarahkan untuk mendalami bidang ilmu pengetahuan yang lebih spesifik. Untuk saat ini, ada tiga jurusan yang sekiranya kita semua kenal. Yang paling umum adalah jurusan peminatan IPA dan IPS. Akan tetapi, cukup banyak juga sekolah yang menawarkan program jurusan peminaatan bidang bahasa dan sastra.

Tujuan dari adanya sistem ini sebenarnya adalah untuk lebih mengefektikan proses pembelajaran dari masing-masing pelajar. Dimana, pelajar hanya akan mendalami bidang mata pelajaran yang menjadi minat dan juga kemampuannya. Bagi mereka yang tertarik dan memiliki kemampuan lebih dalam hal mata pelajaran yang berbau sains atau eksak, mereka akan diarahkan untuk masuk dalam jurusan IPA.

NRUtama, pelajar, jurusan IPA, jurusan IPS

Lain dengan mereka yang memang lebih menjiwai ilmu sosial dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengannya, tentu mereka akan lebih diarahkan dengan jurusan IPS. Jika pelajar memiliki basic dalam bidang kesusastraan, tentu mereka akan disandarkan dengan jurusan bahasa dan sastra.

Baca juga : Semua Karena BLOG

Sistem ini saya rasa memang menjadi sistem yang baik, apalagi bagi mereka yang berencana melanjurkan pendidikannya ditingkat perkuliahan. Mereka akan lebih mudah juga dalam menentukan jurusannya nanti. Ini membuktikan bahwa sistem ini memiliki manfaat yang baik. Namun, bukan itu yang akan saya bahas.

Entah karena apa, siapa yang salah, adanya sistem yang baik ini seolah tidak disadari manfaatnya oleh sebagian pelajar di Indonesia. Ini dibuktikan dengan adanya perdebatan antara mereka yang masuk jurusan IPA dan jurusan IPS. Kedua jurusan ini memang lebih familiar dibanding jurusan bahasa dan sastra.

Perdebatan yang ada adalah mengenai siapa yang lebih baik diantara keduanya. Ini membuang saya sendiri jengkel dan heran. Jika mereka cerdas, saya rasa sepertinya kecerdasannya hanya dituangkan dalam nilai raport atau ijazah. Hal aneh yang diperdebatkan oleh mereka yang aneh. Karena, mirisnya perdebatan ini tak jarang juga muncul ditengah-tengah masyarakat, tak hanya pelajar. Hal aneh yang juga memperlambat proses perwujudan tujuan kita bersama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Baca juga : Hal-hal Yang Menjadi Idaman Para Pelajar

Apa yang ada dipikiran mereka yang memperdebatkan hal ini ?

Tidak bisa dipungkiri bahwa hal ini sudah menjadi sesuatu yang familiar di masyarakat. Kunci utamanya terletak pada paradigma masyarakat itu sendiri. Kerangka pikiran banyak orang sudah terbentuk dan mengatakan bahwa anak IPA lebih baik, dalam hal ini lebih cerdas dibanding anak IPS, atau bahkan mungkin anak bahasa dan sastra.

Saya mencoba untuk menebak apa alasannya. Dan sepertinya pemicu utamanya adalah karena ilmu sains erat kaitannya dengan angka. Dan angka melekat pada masyarakat sebagai sesuatu yang rumit. Inilah konsep berpikir yang salah. Karena, sudut pandang yang diambil masyarakat pun keliru.

Mereka berpikir bahwa semua orang sama, memiliki kemampuan, hobi dan minat yang sama. Ini yang perlu diluruskan, bahwa semua orang dilahirkan berbeda bukan hanya dalam hal bentuk dan rupa, tapi juga apa yang ada di otak dan pikiran mereka. Kita hubungkan dengan apa yang sedang kita bahas, tentu semua orang memiliki jurusan dan peminatan masing-masing yang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.

Baca juga : Hal-hal Yang Dianggap "Horor" Oleh Sebagian Pelajar

Selain itu, kita juga mesti melihat dari sudut pandang kemampuan setiap orang. Perlu ditegaskan bahwa tidak semua orang pintar dalam bidang IPA dan tidak semua orang menguasa bidang IPS. Maka, kita tidak bisa langsung membuat kesimpulan bahwa anak IPA pasti lebih pintar dibanding anak IPS.

Anak IPA mungkin memang pintar dan cerdas dalam bidang ilmu IPA. Tapi, anak IPS juga memiliki gelar pintar dan cerdas dalam bidang ilmu IPS. Keduanya bukanlah sesuatu yang kontradiktif. Karena, tidak menutup kemungkinan anak yang pintar IPA akan bodoh dalam bidang IPS, begitu juga sebaliknya. Jadi, mereka memiliki gelar pintar dan bodohnya masing-masing. Lagi pula, kita tidak bisa membandingkan keduanya dan mencari mana yang lebih baik. Karena, masing-masing memiliki "dunia"-nya masing-masing.

Pada dasarnya, kita semua, tak hanya pelajar, mesti memahami bahwa tidak selalu anak IPA akan lebih sukses dibandingkan anak IPS. Anak IPA mungkin akan sukses jadi dokter, tapi anak IPS pun juga bisa sukses menjadi pengusaha. Keduanya tidak boleh kita bandingkan, keduanya mesti kita sandingkan.

Baca juga : Manfaat Menjadi Pengurus OSIS

Saya berbicara disini bukan untuk membela salah satu diantara keduanya. Saya merasa, ini merupakan "batu kerikil" yang terus menghambat mereka yang hebat dalam bidang IPS. Karena, tak jarang mereka dipaksa diarahkan untuk menjadi anak IPA dengan alasan "nama" yang terus diagungkan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat memiliki peranan yang krusial dalam membentuk paradigma dan pola pikir tiap orang. Sebuah kesia-siaan memperdebatkan sesuatu yang sia-sia.

Terima kasih. Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment